Kehidupan Desa: Susahnya Hidup di Desa

Bismillahirrahmanirrahim

Kehidupan Desa: Susahnya Hidup di Desa

Baru-baru ini saya melihat sebuah postingan di Instagram yang bunyinya "Jangan mau slow living di Desa, karena hidup di Desa tidak semenyenangkan itu" Dan yah ... Saya setuju dengan kalimat itu, hehehe.

Dulu sekali semasa masih menjadi gadis kota, saya selalu suka dengan suasana pedesaan. Saya bukan termasuk anak kota yang anti dengan kehidupan desa. Kampung halaman mama saya juga kebetulan masih termasuk daerah desa, yah walau bukan termasuk desa di daerah terpencil karena masih berada di pinggiran pusat kabupaten Gowa, tapi minimal suasana desa masih terasa di kampung Mama. Saya bahkan pernah bilang ke orang tua kalau kelak saya mau tinggal di kampung mama, hehehe.

Rupanya Allah tahu kalau saya suka dengan suasana pedesaan, maka di tahun 2015 yang lalu, Allah meluluskan saya menjadi seorang ASN di sebuah desa terpencil di sebuah kabupaten pegunungan di Provinsi Sulawesi Barat. Saya di tempatkan di sebuah desa yang jaringannya masih sangat tidak stabil---HP harus di tempel kedinding untuk mendapatkan jaringan yang hanya bisa SMS dan nelpon. Listrik yang masih sering mati lampu. Mau nonton TV susah karena tidak bisa hanya sekedar pakai antena. Mau air harus susah payah karena lebih sering tidak ada air, hehehe.

Tapi satu yang sangat luar biasa di daerah saya di tempatkan adalah pemandangannya yang sangat asri khas daerah pegunungan--jangan tanya bagaimana dinginnya, hehehe. Di belakang asrama tempat saya tinggal itu ada gunung yang asri sekali, di depan asrama ada lapangan yang sangat luas tempat anak-anak desa bermain bola, bahkan tiap pagi dan sore hari ada beberapa kerbau yang datang untuk makan rumput disana, Masyaa Allah. Saya yang memang suka suasana yang seperti itu, merasa sangat dimanjakan.

Satu lagi pengalaman yang luar biasa adalah, pasar disini yang hanya ada seminggu sekali yaitu setiap hari Sabtu, dan saat itu saya harus berjalanan kaki sekitar 3 Km dari asrama ke pasar hanya sekedar membali bahan makanan atau hal lainnya, hehehe.

Jadi, Hidup di Desa Bahagia atau Susah?

Hehehe ... jika ditanya pertanyaan ini, memang agak membingungkan karena semuanya bercampur menjadi satu, ada bahagia dan susahnya. Semua kehidupan juga seperti itu kan? Nah seperti biasa saya akan menjelaskan lebih detail perasaan yang saya alami sendiri kenapa hidup di desa itu bahagia dan kenapa susah. Saya mulai dari yang susahnya dulu yah, supaya nanti tulisan ini akan ditutup dengan yang manis-manis, yaitu dengan perasaan bahagianya hidup di desa.

Susahnya Hidup di Desa

Saya kayaknya sudah sedikit menceritakan duka yang saya rasakan di awal saya di tempatkan sebagai seorang ASN di sebiah desa terpencil pada tulisan pembuka di atas, maka saya akan sedikit mencertakannya lebih detail lagi, kenapa itu menjadi salah satu alasan saya merasa "susah" hidup di desa, heheh.

Sulitnya Mencari Jaringan

Yups ... Satu yang paling sulit untuk saya sendiri disini adalah susahnya mencari jaringan. Saya merantau ke sebuah desa di Kab Mamasa ini di tahun 2015 yang lalu---wowww, saya sudah 10 tahun ternyata menjadi perantau. Saat itu jaringan telepon dan internet yang lancar hanya ada di Kota Mamasa, sedangkan di desa-desanya masih sangat sulit, bahkan masih banyak desa yang tidak tersentuh jaringan sama sekali.

Dari tahun 2016 saya sempat ngekos di Kota selama kurang lebih 6 bulan, lalu kembali kos di Desa karena jarak tempuh ke tempat kerja yang lumayan jauh kalau dari kota, hehehe. Selama tinggal di desa jaringan masih seperti itu untuk nelpon dan menerima SMS saja, HP harus di tempelkan ke dinding. Lalu di tahun 2017 saya pindah ketempan yang sedikit lebih baik---masih di desa tapi, hehehe. 

Di tempat tinggal saya yang baru HP tidak mesti di taruh di dinding kalau hanya sekedar nelpon dan SMS, sayangnya kalau saya mau internetan jaringannya masih tidak kuat sehingga untuk internetan HP lagi-lagi haru di tempelkan ke dinding--itupun masih sering lemot dan jangan harap bisa VCan, hahahah.

Alhamdulillah jaringan baru stabil di tahun 2021 yang lalu, saat ada tower telkomsel yang di pasang di sekitar tempat tinggal kami. Rasanya saat itu lega sekali, karena main FB, IG, ataupun VCan semuanya sudah bisa kami lakukan bahkan dengan berbaring, hahaha--ndeso sekali kasian. Saat itu juga saya sudah mulai kembali aktif menulis di blog ini, Alhamdulillah.

Jalan dan Transportasi yang Rusak dan Susah

Lagi-lagi saya cerita masa lalu, di tahun 2015 yang lalu jalanan ke Kab Mamasa masih sangat rusak, bahkan seingat saya ada batu besar di tengah jalan. Bayangkan perjalanan dari Kab Polewali ke Kab Mamasa saja memakan waktu sampai 6 jam dengan jarak tempuh sekitar 90 km. Setara dengan perjalanan Pinrang-Makassar, luar biasa. 

Jalanan juga masih rusak parah, dimana hampir semua jalanannya masih jalanan berlumpur seperti sawah yang mau ditanami, akalu tidak berlumpur yah jalanan batu yang luar biasa mengocok perut. Jalanan bagus saat itu hanya jika kita sudah masuk daerah Kota Mamasa.

Sekarang jalanan sudah sangat baik walau beberapa bagian jalan masih diperbaiki, saya sangat optimis kalau kedepannya jalan poros Mamasa akan lebih baik dan lebih mulus lagi. Satu yang masih akan susah untuk dihilangkan mungkin adalah kemungkinan jalan yang terkena longsor karena memang kondisi Mamasa yang berada di daerah pegunungan yang rawan terkena bencana longsor.

Untuk transportasi sampai sekarang masih sangat susah. Tidak ada angkutan umum di Kab ini, yang ada hanya ojek dan mobil penumpang. Tidak ada bus yang beroperasi dari Mamasa-Makassar. Hal ini sebenarnya sangat menyusahkan apalagi untuk orang-orang yang tidak punya kendaraan pribadi. Saya sendiri biasa agak sedikit merasa susah kalau Pak Suami sedang tidak ada dan saya hendak pergi mengajar, satu-satunya alternatif adalah memesan ojek, yang harganya juga bisa dibilang tidak murah.

Terbatasnya Tempat Hiburan

Kalau di kota ada banyak tempat liburan dan hiburan yang bisa menjadi destinasi, seperti ke mall, playground, dll. Kalau di desa kami hanya bisa ke tempat permandian panas dan tempat wisata seperti di puncak gunung. Tidak ada mall, supermarket, playground, dll di desa, hahaha. Tapi walau begitu kami sudah sangat bahagia hanya dengan pergi berendam di permandian air panas.

Rahasia Hidup di Desa

Ada satu hal yang juga membuat saya tidak nyaman hidup di desa adalah orang-orang di desa tidak se individual orang kota, dan itu menyebabkan meraka punya tingkat kekepoan yang juga lebih tinggi ketimbang orang-orang di kota yang individualis---mereka tidak peduli dengan keadaan tetangganya, tetapi di desa kehidupan tetangga seperti bahan yang amat seru untuk diperbincangkan, hahaha---dan saya sedikit tidak suka dengan hal ini.

Saya yang sejak kecil memang anak rumahan---anak yang lebih suka berada di dalam rumah, yang kesannya tidak bersosialisasi , tidak terlalu dipermasalahkan saat di Makassar, orang mah masa bodoh dengan keadaan saya. Tetapi di sini, saya yang jarang keluar rumah menjadi bahan pertanyaan oleh tetangga-tetangga saya yang baik hati, hehehe. Saya yang hidupnya cuma rumah-tempat kerja, menjadi "orang aneh" bagi tetangga-tetangga saya. 

Bahkan perkara saya yang jarang belanja ke tukang sayur, jarang ke pasar dan menjemur pakaian---semuanya Pak Suami yang kerja, itu juga jadi bahan cerita, hehehe. Dulu sekali saya sempat merasa stress dengan kondisi ini, tapi semakin berjalannya waktu saya semakin masa bodoh, hehehe.

Saya bukannya tidak mau bersosialisasi, tapi saya merasa malas kalau ujung-ujungnya saat kumpul bersama yang kami lakukan hanya "ngomongin orang" kan rasanya nambah dosa, saya yang dosanya sudah banyak ini, tidak mau menambah dosa dengan ngomongin kejelekan dan kekurangan orang lain. Bagaimana mau ngomongin orang, wong saya sendiri punya banyak kekurangan disana-sini yang sampai sekarang belum sempurna-sempurna, hahaha

Akses ke Pelayanan Kesehatan yang Tidak Memadai

Satu lagi yang juga tidak kalah menyusahkannya hidup di desa adalah akses ke pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Kalau di Kota, ke Puskesmas saja rasanya sudah sangat cukup karena di puskesmas dokter umum sudah ada, obat lengkap, pelayanan cek darah juga tersedia, pokoknya puskesmas sudah sangat amanlah.

Kalau disini, sangat susah. Dulu sekali kalau saya ke Puskesmas, jarang sekali ada dokternya, biasanya hanya perawat yang memeriksa, tidak ada dokter gigi, dan akses untuk cek darahnya juga tidak ada. Alhamdulillah beberpa tahun belakangan ini, dokter umum sudah tersedia di puskesmas, walau dokter giginya belum ada dan entah kenapa untuk cek darahnya juga masih sangat susah karena petugasnya cuma satu, dan kalau saat saya datang ke puskesmas si petugas lab pasti tidak di tempat karen pergi puskel, saya kadang merasa jengkel karena hal ini. Pelayanan puskesmas di kota dan desa tempat saya tinggal sangat jauh berbeda.

Rumah sakit di Kab Mamasa ini juga sangat memprihatinkan, dulu sih ada dokter residen yang bisa memeriksa pasien, tapi sudah 2/3 tahun dokternya tidak ada karena kerjasama sudah diputus akibat honor yang tidak dicairkan---dokter spesialis yang ada di RS saat ini hanya dokter gigi, THT, dan syaraf. 

Tahun 2023 yang lalu saat saya mengalami kehamilan ektopik saya hampir saja tidak dapat diselamatkan seandainya saya tidak memutuskan untuk pulang ke Makassar, karena tidak adanya dokter spesialis kandungan di RS Kab Mamasa. Dokter kandungan ada tapi hanya melayani praktek sebulan sekali di rumahnya di Kota karena tugas utamanya di RS Mamuju. Hal ini juga terjadi beberapa saat yang lalu saat saya juga sangat membutuhkan kehadiran dokter spesialis dan alat yang canggih untuk mendiagnosis kondisi tubuh saya beberapa waktu yang lalu--akhirnya saya kembali memgambil opsi untuk pulang ke Makassar untuk mencari dokter spesialis yang terbaik.

Kesimpulan

Mungkin itu sedikit duka yang bisa saya tuliskan selama tinggal di desa. Tentu, tidak semuanya duka, tadinya saya sekalian mau menuliskan bahagia atau sukanya hidup di desa, sayangnya saya sudah tidak sanggup menulis banyak, dan saya juga sudah lelah, hahaha. Insyaa Allah, suka dan bahagianya hidup di desa akan saya tulis di postingan setelah ini.
OlderNewest

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕