"Lebaran sebentar lagi"
Ada yang terngiang oleh penggalan lirik lagu tersebut, saya sendiri cuma hafal bagian yang itu, heheheh. Ada yang sama nih kayak saya, jadi perantau di daerah orang lain? Alhamdulillah saya dan keluarga kecil kami sekarang adalah seorang perantau di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat, kampung halaman kami adalah di Makassar dan di Gowa---Pak Suami adalah orang Gowa, saya sendiri juga punya darah Gowa dari pihak Ibu.
Dulu saya pernah iri dengan beberapa teman yang menjadi perantau karena sekolah ke Makassar, sekarang setelah bekerja saya akhirnya tahu rasanya jadi perantau, dan ... Rindu itu berat ternyata, hehehe. Ramadan tahun ini kami lalui di Kabupaten Mamasa. Saya dan suami adalah seorang guru di Kabupetan Mamasa, maka untuk jadwal libur Ramadan kami menyesuaikan dengan kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupetan Mamasa.
Jadwal Libur Ramadan Kabupaten Mamasa
Jika melihat kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Kabupaten Mamasa di awal tahun pembelajaran tahun 2023/2024 yang lalu, maka jadwal libur Ramadan mulai dari tanggal 10 Maret 2024 sampai dengan tanggal 31 Maret 2024 dan baru masuk sekolah di tanggal 1 April 2024 sampai dengan tanggal 5 April kemudian libur kembali sampai dengan tanggal 15 April 2024.
Tapi .. eh .. Tapi, di awal bulan Maret, jadwal libur Ramadan itu di revisi, jadi libur awal puasa di mulai dari tanggal 10 Maret sampai tanggal 17 Maret dan mulai sekolah di tanggal 18 Maret sampai dengan tanggal 27 Maret, libur lagi dari tanggal 28 Maret sampai dengan tanggal 15 April 2024.
Awalnya, kami berencana untuk pulang di awal bulan Ramadan---atau setidaknya sebelum Ramadan, jadi kami bisa berpuasa di Makassar, sayangnya ada revisi jadwal libur jadilah kami menunda kepulangan kami.
Cerita Perjalanan Mudik ke Makassar
Hari Rabu tanggal 27 Maret adalah hari terakhir kami masuk mengajar, awalnya kami berencana untuk pulang di malam itu juga, tapi saat kami menelpon supir andalan kami, beliau mengatakan kalau baru akan ke Mamasa di hari Rabu malam, dan baru berangkat dari Mamasa di Kamis malam---Transportasi dari Makassar-Mamasa atau sebaliknya hanya menggunakan mobil penumpang karena bus tidak beroperasi di Mamasa, hehehe.
Jadilah kami menunda pulang kampung kami ke hari Kamis, kebetulan juga di hari Rabu itu adalah jadwal safari Ramadan yang diselanggarakan di Masjid dekat rumah kami---jadi kami bisa ikut meramaikan safari Ramadan itu.
Mengganti Supir di Jam Terakhir
Sejak jauh-jauh hari, Pak Suami sudah sibuk packing jadi di hari Kamis itu kami sisa memastikan barang bawaan kami, mengoongkan kulkas dan membuat bekal untuk perjalanan mudik kami. Hari itu masih ada beberapa bahan makanan di kulkas jadi kami memutuskan untuk membuat bekal menggunakan bahan makanan itu, lalu sisanya kami bagi-bagikan ke tetangga.
Selesai buka puasa, kami sudah siap dengan diri kami---kami sudah siap untuk dijemput oleh Pak Supir, karena Pak Supir mengatakan akan menjemput setelah maghrib. Sayangnya ada pesan whatsapp yang masuk ke HP suami yang mengatakan kalau Pak Supir kami tertidur dan tidak bisa bangun, heheheh
Pak suami yang baru pulang dari masjid, lalu menelpon supir tersebut dan ternyata yang mengangkat adalah istrinya yang mengatakan kalau supir kami tidak bisa dibangunkan---belakangan baru kami ketahui kalau ternyata saat itu Pak Supir tengah mabuk berat, hehehe, oh iya Pak Supir kami ini non muslim.
Pak Suami sedikit emosi dengan hal itu, karena kami sudah siap untuk di jemput dan kami tidak bisa tinggal lagi di Mamasa karena bahan makanan kami sudah habis, kami tidak yakin bisa makan sahur keesokan harinya dengan kondisi kulkas yang kosong, hehehe.
Jadilah di menit itu juga Pak Suami menghubungi beberapa supir yang ia kenal dan Alhamdulillah ternyata ada supir yang juga sedang menuju ke Makassar. Sekitar 20 menit kemudian, supir tersebut Alhamdulillah datang dan kami jadi berangkat ke Makassar.
Mobil dan Supir Baru
Begitu mobil datang, saya sedikit terkejut dengan kondisi mobil yang ternyata banyak di racing---bagian dalam mobil full dengan warna biru dengan lampu neon berwarna senada, dan bau mobilnya sungguh luar biasa, untungnya Pak Suami sempat meminum antino sebanyak 2 biji, hehehe
Karena bagian dalam mobil yang diberi lampu neon, saya mengalami sakit kepala parah, untungnya saya tidak sempat mabuk tapi yah ... sepanjang perjalanan saya tidak sanggup membuka mata, saya tidur atau setidaknya menutup mata untuk mengindari paparan lampu tersebut.
Anak-anak sendiri Alhamdulillah sepanjang perjalanan banyak tidur---dalam mobil kami ada 4 orang dewasa dan dua anak-anak, 1 Pak Supir, 1 penumpang lain di samping Pak Supir yang ternyata adalah Pak Polisi, dan Kami (Saya, Pak Suami dan 2 anak kami). Kami duduk di kursi tengah mobil.
Pak Supir sempat singgah di Messawa---Kecamatan yang berada di perbatasan Polewali untuk makan malam, tapi kami sendiri tidak ikut turun karena warung makan tersebut adalah warung makan non muslim. Kami baru turun makan saat mobil singgah di rumah makan sahabat Kabupetan Pinrang.
Makan Sahur dan Sholat Tarawih di Kabupaten Pinrang
Rumah Makan Sahabat di Kabupaten Pinrang, Sulwesi Selatan |
Pukul 00.30 WITA mobil kami singgah di warung makan sahabat---salah satu warung makan yang ada di Kabupetan Pinrang Porivinsi Sulawesi Selatan. Di warung tersebut kami akhirnya makan sahur, Pak Suami memesan nasi ayam goreng, anak-anak memesan nasi goreng dan saya sendiri memakan bekal bihun goreng yang saya buat dari rumah.
Bekal makanan yang saya bawa dari rumah |
Selesai makan, kami beralih ke musollah warung dan melaksanakan sholat tarawih, tahajjud dan witir---walaupun dalam jumlah rakaat yang sedikit karena di kejar oleh waktu---Pak Supir sudah selesai mencuci mobil dan siap untuk melanjutkan perjalanan.
Sholat tarawih di mushollah warung makan |
Tidur di Sepanjang Jalan
Sepanjang perjalanan dari Pinrang ke Makassar, saya tertidur pulas, hehehe. Saya sempat terbangun sebentar saat mobil sudah memasuki Kota Pare-pare, tapi kemudian tertidur kembali. Di Pangkep, Pak Suami membangunkan saya untuk minum sedikit sebelum jadwal imsak datang, jadi saya sempat terbangun dan minum serta membalas chat dari mama dan kakak ipar saya yang menanyakan keberadaan kami.
Setalah puas minum, kami tidur kembali, hehehe---Anak-anak sejak dari Pinrang sudah pulas dalam mimpinya dan tidak terbangun lagi. Memasuki kota Makassar saya dan suami akhirnya bangun kembali dan meminta Pak Supir untuk singgah di ATM yang ada karena kami mau menarik uang untuk biaya mobil ini.
Alhamdulillah Akhirnya Sampai di Kampung Halaman
Karena Pak Polisi yang menjadi teman perjalanam kami turun di Gowa jadi kami memutuskan untuk pulang di rumah Pak Suami di Gowa---biasanya saat pulang ke Makassar kami turun di rumah saya di Emmy Saelan.
Kami sampai di rumah Pak Suami pukul 05.30 WITA, begitu sampai kami langsung melaksanakan sholat subuh dan saya melanjutkan tidur sampai pukul 09 pagi, hehehe. Begitu bangun badan saya rasanya seperti habis dipukuli karena kondisi badan yang tidak lurus saat duduk di dalam mobil.
Biaya Perjalanan Mamasa-Makassar
Sejak BBM naik beberapa tahun yang lalu, biaya mobil untuk satu orang dari Mamasa ke Makassar atau sebaliknya adalah Rp 250.000, jadi karena kami dua orang---Saya dan Pak Suami, maka kami membayar sebesar Rp. 5000.000 sekali perjalanan.
Selain biaya mobil, kami juga selalu makan di Pinrang, dan biasanya kami menghabiskan sekotar Rp. 50.000 untuk sekali makan. Jadi total biaya mudil tahun ini adalah sekitar Rp 550.000/sekali jalan biaya ini juga sama kalau kami balik kembali ke Mamasa. Jadi sekali pulang pergi Mamasa-Makassar kami biasa menghabiskan uang sekitar Rp. 1.000.000, hehehe.
Masya allah bu klo boleh tau di mamasa dimana tinggal krn kebetulan anak saya jga bru pindah ke mamasa ...salam kenal bu sebelumnya ☺️
ReplyDeleteMasyaa Allah.. Saya tinggal di Malabo.. Kalau kita tinggal dimana? Salam kenal yah Bu 🙏
Delete