Kajian HSMI: Ibu, Siapakah Teladanmu?

Bismillahirrahmanirrahim

Ibu, siapakah teladanmu?

Catatan Kajian HSMI (Homeschooling Muslim Indonesia)
“Ibu, Siapakah Teladanmu?”
Pemateri: Ustadzah Ummi Qalsum Ummu Syifaa'


Hari ini, Rabu tanggal 19 Juli 2023 saya mengikuti kajian dari komunitas HSMI Sulawesi. Kajian ini dilaksanakan secara offline maupun online, untuk offlinenya sendiri diadakan di rumah sang Ustadzah di Makassar. Saya yang saat ini sedang berada di Kabupaten Mamasa hanya bisa menyimak lewat zoom. Kajian di mulai jam 07.30 dengan doa pembuka majelis dan dilanjutkan dengan pembacaan Al-Qur’an.

Jangan Bahas Masalah Anak Jika Kita Tidak Selesai Dengan Urusan Bersama Pasangan

Kajian dimulai dengan peraturan pertama dari Ustadzah yang mengatakan bahwa "Jangan bahas masalah anak, kalau kita tidak selesai dengan urusan kita dan pasangan". Kita tidak akan pernah selesai dengan urusan perkembangan anak, jika kita tidak selesai dengan urusan kita bersama suami.

"Hargai Suami", naikkan derajat suami. Anak-anak kita akan belajar dengan melihat orang tuanya, bagaimana sang ibu menghormati sang ayah. Bagaimana sang Ibu mendengarkan sang ayah, sehingga saat anak juga akan memberikan penhormatan yang sama dengan kita, walau tidak suruh sekalipun karena anak melihat dari orang tuanya."Perbaiki diri dengan pasangan" Urusan suami harus selesai terlebih dahulu, baru kemudian kita melangkah ke pembahasan mengenai anak.

Berharap Hanya Pada Allah dan Tetap Berproses Menuju yang Terbaik

Kita terikat dengan Allah, sehingga kelak anak kita juga akan terikat dengan diri kita. Kita mungkin sudah sering mendengar sebuah nasehat lama yang sangat berkesan yaitu "Jika ingin melahirkan anak-anak yang sholeh-sholeha maka sholeh dan sholehkan diri kita terlebih dahulu sebagai orang tua".

Lalu bagaimana cara agar kita bisa menjadikan anak-anak kita sebagai anak yang sholeh-sholeha?

Allah memberikan kita petunjuk dalam hal ini pada surah Al-Jum'ah ayat 2 dan surah Al-Baqarah ayat 151 mengenai tahapan mendidik anak, yaitu:

QS Al-Jumu'ah: 2

"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata"

QS. Al-Baqarah: 151

"Sebagaimana Kmi mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan kamu yang membackan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui"
 
Dari dua ayat Al-Qur'an diatan maka kita dapat kita simpulkan bahwa tahapan dalam mendidik anak yaitu:

Membacakan ayat-ayatNya

Maka mulai dari sedini mungkin kita berikhtiar untuk selalu membacakan ayat Al-Qur'an pada anak. Mulai dari jus 30--surah yang kita hapalkan. Jika kita tidak bisa membaca Al_Qur'an, maka jadikan amanah kita sebagai orang tua sebagai motivasi terbesar agar kita bisa belajar untuk bisa membaca Al-Qur'an. Jangan sampai kita melewatkan kesempatan emas dalam mendidik anak kita ini.

Mengajarkan Kitab dan Hikmah (Sunnah)

Selanjutnya adalah mengajarkan sebisa mungkin kitab (Al-Qur'an) dan Sunnah kepada anak-anak. Jika kita mendelegasikan hal ini kepada lembaga-lembaga ilmu yang adam kepada guru-guru diluar sana, maka kita juga harus menggantinya dengan hal lain yang juga lebih bermakna. Tetapi hal yang terbaik adalah tuntulah ilmu sebanyak mungkin mengenai Al-Qur'an dan Sunnah sehingga kita siap untuk mengajarkan anak sendiri.

Dengarkan Perasaan Anak

Ada banyak anak-anak muda dilaur sana yang Naudzubillah bisa menyimpang dari fitrahnya sebagai manusia--terlibat kekerasan, LGBT dan hal lainnya, karena berasal dari kekecewaan mereka kepada orang tuanya. Mereka merasa bahwa orang tua mereka tidak pernah mendengarkan perasaan yang mereka alami, selalu mengecilkan apapun yang mereka lakukan tanpa pernah menghormati semua proses yang mereka lakukan. Akhirnya mereka mencari pengakuan, penghormatan dan kenyamanan di tempat lain, dan sedihnya lagi tempat tersebut adalah tempat-tempat yang dapat menrusak jiwa suci mereka.

Terulah Berdoa Agar Keluarga Kita Bisa Menjadi Qurrata'ayyun


QS. Al-Furqan: 74


"Dan orang-orang yang berkata "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan ketrunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa"

Agar kita sebagai seorang istri bisa menjadi penyejuk hati bagi pasangan kita maka kita harus menjadi sebaik-baik wanita, lalu yang bagaimanakah sebaik-baik wanit itu?

"Sebaik-baik wanita adalah yang sangat cinta dan sayang kepada suami, banyak anak, tidak kasar dan membantu suami dalam kebaikan"

Penuh Cinta dan Sayang Kepada Suami

Penuh cinta ini bisa dilihat dari Fisik berupa sikap dan juga dari kata-kata ataupun cara bicara kita. Selalu tanyakan kepada suami hal-hal yang ia sukai, misalnya suami suka saat kita memakai pakaian yang bagaimana di hadapannya. Jika suami menyukai saat kita memakai pakaian dengan warna yang cerah, maka usahakan untuk mengoleksi pakaian rumahan dengan warna yang disenangi suami, kalau suami tidak suka kita memakai daster, maka hindari memakai daster.

Sama halnya dengan makanan, tanyakan makanan kesukaannya apa, kalau ternyata makanan kesukaannya sangatlah sederhana, maka tidak usah repiot-repot memasak makanan yang beragam. Atau aroma parfum kesukaannya apa, maka saat di rumah gunakan parfum kesuakaannya tersebut, dan hal-hal lainnya.

Tidak Kasar

Baik dalam ucapan maupun tindakan. Hal ini biasanya sangat sulit, karena terkadang kita sebagai istri punya argumen tersendiri saat suami menasehati kita, terkadang kita malah berbantah-bantahan di depan anak, maka jangan heran jika kelak anak kita juga akan mentah diri kita taupun suami karena kita sebagai orang tua adalah contoh bagi mereka. Maka mulai sekarang, walaupun sulit, berusahalah untuk melembutkan perkataan kepada suami.

Senang Membantu Dalam Kebaikan

Jadilah seperti Khadijah, istri Rasulullah yang menjadi kesayangannya yang selalu membuat Aisyah merasa cemburu. Ia adalah istri yang senantiasa membantu suaminya--Rasulullah dalam kebaikan-kebaikan, dialah perempuan pertama yang masuk islam, membenarkan kerasulan suaminya. Maka jika kita melihat suami sedang repot, tidak ada salahnya menwarkan bantuan untuk membantunya dalam kebaikan untuk keluarga ataupun untuk kerjaannya yang berhubungan dengan ummat.

Jadikan Perempuan Yang Dijamin Allah Masuk Surga serta Sahabiyah Sebagai Teladan

Jangan mengambil teladan lain selain 4 wanita yang telah Allah jamin untuk masuk surga, serta sahabiyah yang menjadi ummat terbaik, yang mengambil ilmu langsung dari Rasulullah. Ada banyak hikmah yang dapat kita ambil dari setiap kisah dari perempuan-perempuan hebat tersebut. Maka jangan malas membaca! Cari buku-buku yang mebgisahkan kisah-kisah mereka, Baca! Jangan jadi ibu yang malas membaca, sebab ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah adalah "Iqro" atau "Bacalah", maka kita sebagai ummatnya--yang mengaku mencintai Rasulullah harus menjadi ummat yang mencintai aktivitas membaca.

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕