[Review Buku] Hunian Ternyaman

Bismillahirrahmanirrahim

[Review Buku] Hunian Ternyaman

Judul: Hunian Ternyaman
Penulis: 20 Pemenang Lomba Sastra Aksara 2016
Tahun Terbit: 2016
Penerbit: ANGKASA
Jumlah Halaman: 496 Halaman
Nomor ISBN: 978-623-340-012-1

Awal saya menemukan dan memutuskan untuk meminjam buku ini di ipusnas didasari karena keinginan saya untuk belajar membuat cerpen, dan salah satu cara untuk belajar adalah dengan membaca contoh cerpen.Saya tertarik dengan buku ini karena buku ini adalah kumpulan cerpen terbaik hasil karya para peserta dalam lomba sastra, dan yah ... buku inilah yang menemani saya selama 2 pekanan ini. Saya memakan waktu yang cukup lama untuk menghabiskan buku ini, saya sampai 5 kali mengajukan peminjaman kembali, hehehe. 

Resensi

Buku kumpulan cerpen Hunian Ternyaman ini memuat dua puluh cerita pendek hasil Lomba Sastra Aksara 2016 yang dilaksanakan atas kerjasama Program Bahasa dan Budaya Indonesia, Daekin University, Melbourne, Australia; Pusat Kajian Humaniora, FBBS, Universitas Negeri Padang; Penerbit Angkasa, Bandung.

Buku ini diikuat oleh tema yang juga merupakan tema dari lomba, yaitu kehidupan modern. Penulis bebas menginterprestasikannya termasuk mengartikan kehidupan modern itu dengan latar belakang tradisonal dan lokal. Tidak ada batasan yang diberikan tentang kehidupan modern itu. Semuanya diserahkan kepada imajinasi dan pemahaman penulis.

Review 20 Cerpen Terbaik

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa buku ini berisi 20 cerpen terbaik hasil dari lomba sastra aksara, ke-duapuluh cerpen tersebut telah selesai saya baca habis, dan ada beberapa cerpen yang menurut saya sangat luar biasa, tetapi ada juga yang menurut saya biasa-biasa saja. Tapi kebanyakan cerpen di dalam buku ini sangat memukau karena penulis memberikan sentuhan tradisional dari daerah mereka masing-masing.

Cerpen yang Menguras Air Mata

Cerpen pertama yang sangat memikat dan mengharu biru menurut saya adalah cerpen dari pemenang kedua yaitu "Lebaran Keempat", cerpen ini sukses membuat saya terisak karena turut merasakan kesedihan dan kerinduan dari tokoh Emak di cerpen ini. Sebagai perantau yang juga meninggalkan kedua orang tua di kampung, saya merasa tersentil dengan kisah ini dan bertanya-tanya "Apakah saya sudah cukup berbakti kepada kedua orang tua saya? Apakah saya cukup menuntaskan kerinduan di hati kedua orang tua saya saat saya pulang ke kampung? dll". Ahh ... Rindu orang tua memang sesuatu yang bisa membuat setiap anak terisak.

Cerpen kedua yang menurut saya mempunyai alur menyedihkan adalah cerpen "Menggenggam Matahari" cerpen ini juga sangat unik menurut saya karena disisipi dengan nasehat terkait praktik kesyirikan yang masih kental di daerah latar tempat dalam cerpen ini dan bagaimana sang anak dan cucu berusaha menghilangkan syirikan yang menggeroti keluarganya.

Dan cerpen yang terakhir adalah cerpen yang berjudul "Tuhan Sudah Mati" di dalam cerpen ini penulis menyisipkan pesan tentang kemanusiaan dan bagaiaman manusia-manusia telah begitu banyak berbuat kerusakan di muka bumi. 

Ketiga cerpen diatas adalah tiga cerpen dari 20 cerpen dalam buku ini yang punya kisah yang membuat mata saya berkaca-kaca, dan meninggalkan kesan kesedihan. Tapi yang paling juara adalah cerpen "Lebaran Keempat" karena membuat saya betul-betul terisak dengan kisahnya.

Cerpen dengan Plot Twist Terbaik

Di dalam kumpulan cerpen ini juga banyak terdapat cerita dengan polt twist yang sangat menarik, dan cerita pertama yang memberikan kesan yang tidak bisa saya lupakan adalah cerpen "Memburu Waktu yang Hilang", cerpen ini sangat luar biasa, dan saya lihat penulisnya Sulfiza Ariska memang penulis hebat yang telah banyak meneribitkan cerpen di berbagai media dan banyak mendaptkan penghargaan di bidang kepenulisan, maka tak heran kalau karya yang beliau hasilkan juga luar biasa, saya terposona dengan kisah didalamnya yang dibalut dengan sentuhan sejarah kelam masa PKI dan bagaimana kisah yang dipaparkan dengan plot twist yang luar biasa mengejutkan.

Cerpen selanjutnya yang juga punya polt twist yang mengejutkan adalah cerpen "Sepinya Sumini" dan "Telepon Genggam Untuk Aryati" kedua cerpen ini juga punya ending yang tidak biasa yang menjadi pembeda adalah cerpen "Sepinya Sumini" punya ending yang sedikit mistis atau ada nuansa misteri di dalamnya, sedangkan cerpen "Telepon Genggam Untuk Aryati" punya ending yang bikin ngakak, wkwkwk, kalau ingat endingnya saya masih ketawa sangking lucunya.

Cerpen dengan Nasehat Terbaik

Sebenarnya cerpen-cerpen di dalam buku ini semuanya punya nasehatnya masing-masing, tetapi ada beberapa cerpen di dalam buku ini yang menurut saya punya nasehat yang paling mengena dan tesampaikan dengan baik.

Salah satu cerpen yang nasehatnya paling mengena dan tersampaikan dengan baik adalah cerpen "Wajah-wajah Gang Makam" yang berkisah tentang Untung yang suka judi dan minum yang mengakibatkan hidupnya menjadi hancur.

Ada juga cerpen "Sebait Doa untuk Sang Guru" yang bercerita tentang Pak Amar seorang guru di dusun yang sangat terpencil, yang semangatnya tidak pernah hilang untuk memberikan ilmu kepada anak-anak didiknya walau harus berjuang dengan medan perjalanan yang terjal ketika hendak mengajar, Masyaa Allah.
Juga cerpen "Di Balik Payung Bumi" yang mengisahkan Mbah Par yang harus berjuang seorang diriuntuk bisa tetap hidup.

Cerpen Spesial yang Memasukkan Adat Toraja

Satu lagi cerpen yang menurut saya spesial adalah cerpen dengan judul "Rambu Tuka" yang menjadikan adat toraja sebagai latar budaya dan Tanah Toraja sebagai latar tempat dalam kisahnya. Saya yang tinggal di Kabupaten Mamasa dengan masyarakat yang sebagian besar adalah suku Toraja merasa sangat terkesan dengan kemampuan sang penulis dalam memperlihatkan semua adat suku Toraja dalam cerpen ini. Bagaimana sang penulis mampu menggambarkan rumah Tongkonan dan bahkan memasukkan bahasa Toraja kedalamnya.

Kesimpulan

Buku ini amat sangat layak untuk dimasukkan ke dalam list bacaan kita, terutama untuk orang-orang yang menyukai kisah pendek dengan makna yang dalam. Keseluruhan cerpen dalam buku ini memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana kehidupan kita yang sudah dianggap "Modern" tapi seringkali malah melupakan nilai-nilai adat dan agama yang kita anut.

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕