3 Tahap Metode Dialog dalam Menyikapi Kesalahan Anak

Bismillahirrahmanirrahim

3 tahap metode dialog

"Kakak, Turun! Jangan manjat! Adek, diam dan dengarkan Ummi!"

Sebagai orang tua dari dua bocah lelaki yang Masyaa Allah sangat aktif, tingkah laku dan perbuatan mereka terkadang memunculkan jiwa ke-otoriter-an kami. Jadilah moment kami berteriak saat melarang dan memerintah menjadi hal yang tak terbantahkan. Sebagai orang tua yang masih terus belajar, kami menyadari bahwa metode perintah, larangan dan hukuman bukanlah metode terbaik dalam mendidik anak-anak.

Perintah dan larangan memang dibutuhkan dalam mendidik anak, segala kebaikan pada anak dan istri tidak akan pernah terrealisasi tanpa adanya perintah dan larangan, bahkan di Al-Qur'an pun banyak ayat-ayat menngenai perintah dan larangan. Lalu di mana letak salahnya?

Tidak ada yang salah sebenarnya, hanya saja yang perlu untuk diperhatikan adalah seringkali kita mengabaikan dan melupakan hal yang paling mendasar dalam melarang dan memerintah yaitu penggunaan metode dialog. Metode dialog dengan mengedapankan perasaan dan pemikiran anak serta alasan yang dapat kita terima. 

Kisah Rasulullah dan Cucunya Hasan

Suatu ketika, Hasan datang kepada Rasulullah, saat itu usia Hasan sekitar tiga atau empat tahun, lalu secara tiba-tiba ia mengambil sebutir kurma dari kurma zakat yang dikumpulkan Rasulullah. 

Sebagaimana yang kita ketahui, Rasulullah tidak akan mengambil apapun dari harta zakat yang ia kumpulkan. Lalu apa yang Rasulullah lakukan saat melihat cucunya Hasan mengambil sebutir kurma? Apakah beliau memukul tangannya? Ataukah beliau menghardiknya? 

Rasulullah hanya bersabda padanya dalam 3 kalimat yaitu "Kukh ... Khukh" Lalu beliau melanjutkan "Buanglah kurma itu", lalu yang paling menakjubkan adalah perkataan terakhir Rasulullah "Tidakkah Engkau tahu, bahwa kita tidak boleh makan harta sedekah?"[1]

Hikmah dari Kisah Rasulullah dan Cucunya Hasan

Masyaa Allah, Rasulullah seperti berbicara dengan orang dewasa, padahal beliau hanya berdialog dengan cucunya Hasan yang saat itu usianya tak lebih dari tiga atau empat tahun. Rasulullah mengajak Hasan untuk berpikir setelah adanya larangan dan perintah. "Kukh ... Kukh" menandakan kalimat larangan, "Buanglah kurma itu" menandakan kalimat perintah dan "Tidakkah Engkau tahu, bahwa kita tidak boleh makan harta sedekah?" adalah pertanyaan yang membiarkan anak berpikir dan memberikan alasan logis kenapa ia dilarang dan diperintahkan.

3 Tahapan Metode Dialog Ala Rasulullah

Pemberian perintah dan larangan dalam mendidik anak juga sangat diperlukan hanya saja pemberian larangan dan perintah tersebut harus dibarengi dengan pemberian alasan dengan metode dialog kepada anak.Dari Kisah Rasulullah dan cucunya Hasan diatas, kita mendapatkan pelajaran berharga bagaimana menerapkan tiga tahap metode dialog kepada anak-anak kita, yaitu larangan, perintah dan pemberian alasan.

3 Tahapan Metode Dialog Ala Rasulullah

Pemberian Larangan

Saat anak-anak melakukan sesuatu yang kurang baik, kita bisa memulai dengan memberikan teguran halus yang dapat memusatkan perhatian anak-anak terhadap kita, kita bisa mencontoh Rasulullah dengan nada serupa "Khem .. Khem" atau "Hai ... Hai". Biarkan anak-anak mencari sumber teguran dan memperhatikan kita sebelum kita masuk ke tahap kedua yaitu pemberian perintah.

Pemberian Perintah

Selanjutnya setelah perhatian anak telah berlaih kepada kita, langkah selanjutnya adalah pemberian perintah singkat yang mudah dipahami anak, dari kisah Rasulullah di atas Beliau menggunakan kalimat "Buanglah kurma itu" hanya terdiri dari 3 kata yang dapat dipahami dengan jelas oleh anak. Maka saat memberikan perintah terhadap anak-anak, sebaiknya kita memilih kata yang singkat dan mudah dipahami anak seperti "Duduk disini", "Dengarkan Ummi", "Lihat kedepan" atau pilihan kalimat perintah singkat lainnya. 

Pemberian Alasan

Terakhir, setelah memberikan larangan dan perintah, berikan pertanyaan pemantik kepada anak dan biarkan mereka berpikir mengenai apa yang telah mereka lakukan. Ajak mereka berbicara dan berdialog lalu dengarkan alasan dan jawaban yang mereka kemukakan. Terkadang kita akan mendapatkan jawaban yang Masyaa Allah di luar ekspektasi kita. 

Penerapan 3 Tahap Metode Dialog ke D SAF

D SAF (Kakak Fatih dan Adek Fayyad) selalu terlibat kedalam sibling rivalry yang terkadang membuat umminya puyeng, teriakan dimana-mana, tidak ada yang mau mengalah. Maka bisanya saya akan menengahi dengan mulai memberikan larangan "Stop" setelah itu saya biasa memanggil mereka berdua ke dapan saya dengan kalimat perintah "sini kedepannya Ummi"

Setelah itu ekspresi mereka berdua akan berubah ke mode "bersalah" dan mulai duduk di depan saya, setelah itu biasanya saya menanyai kakak Fatih terlebih dahulu, lalu kemudian adek Fayyad dengan pertanyaan yang serupa "Kenapa kakak sama adek berkelahi terus?"

Setelah mendengar pertanyaan itu biasanya mereka akan mulai berceloteh memberikan alasan "Adek Fayyad duluan" si adek tidak mau kalah "karena kakak ambil mainannya Fayyad" dan berbagai alasan lain mulai bermunculan, setelah semua puas menyampaikan alasan, barulah saya menengahi dengan memberikan kalimat pemantik yang membiarkan mereka berpikir "Baguskan kalau kita selalu berkelahi?" 

D SAF adalah anak-anak yang lembut, Insyaa Allah .. Biasanya sang kakak yang memulai meminta maaf lalu diakhiri dengan adegan berpelukan yang menyentuh hati Umminya, hiks. Masyaa Allah. Lalu apakah intensitas sibling rivalry mereka mereda? Tidak juga, saya masih harus banyak belajar bagaimana menengahi mereka di semua hal yang kayaknya menjadi sebab muasal perkelahian mereka. Semoga kelak ilmu saya tentang sibling rivalry ini sudah lebih baik sehingga saya bisa membaginya di sini, Insyaa Allah.

Penutup

3 tahap metode dialog ini adalah petunjuk Rasulullah dalam menyikapi kesalahan yang dilakukan anak-anak kita. Anak-anak walau mereka masih di bawah lima tahun-pun terkadang memiliki pengetahuan dan pemikiran yang sama dengan kita sebagai orang dewasa. Maka ketika mereka melakukan kesalahan, hendaknya pemberian larangan dan perintah selalu diikuti dengan metode dialog yang dapat mengemukakan alasan dan perasaan anak-anak kita, tak sekedar perintah dan larangan. 

Penggunaan metode dialog ini hendaknya menjadi perhatian tersendiri sebelum menjatuhkan hukuman kepada anak-anak kita terhadap kesalahan yang mereka lakukan. Sudahkan kita berusaha untuk mengajak anak berbicara dari hati ke hati dan memintai pendapat mereka sebelum memberikan hukuman? Semoga kita semua termasuk orang tua yang bijak dangan meneladani Rasulullah, sehingga anak-anak yang kita didik kelak menjadi anak yang sholih dan sholihan, Aamiin.


Referensi:

[1] DR.Nashir Al-Umar (2018). Keluarga Modern tapi Sakinah. Solo: Aqwam

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕