Suara & Ceritaku: Menemukan Kebahagiaan dengan Menerapkan Mindfulness

Bismillahirrahmanirrahim

Menemukan Kebahagiaan dengan mindfulness
Apa itu bahagia?

Beberapa tahun belakangan ini saya sering mempertanyakan arti kebahagian.  "Apa itu bahagia?" Saya sering merasa terjebak dengan kehidupan yang saya jalani, merasa gagal menjadi manusia, merasa gagal di segala aspek yang sedang saya jalani.

Dari luar orang mungkin melihat saya sebagai orang yang punya masa depan, dinyatakan lulus menjadi ASN di usia yang relatif muda -- 21 tahun, sering kali menjadi tolak ukur kebahagian yang orang lain lihat dari kehidupan yang kujalani. Disaat semua teman seangkatan masih berjuang dengan skripsi, saya malah disibukkan dengan pemberkasan ASN. 

Tapi jauh dari itu semua, hatiku rapuh. Saya seperti tidak senang dengan apa yang sudah kudapatkan. "Aku kurang bersyukur" berkali-kali kutanamkan kalimat itu di dalam hati, berharap saya menemukan kebahagiaan dari apa yang telah kujalani. 


Mempertanyakan Kebahagiaan dari Setiap Kegagalan yang Kurasakan

Kegagalan
Sumber: canva.com

Satu hal yang mungkin membuat saya merasa kurang bersyukur adalah saya tidak menjadi seperti yang saya inginkan. Saya ingin menjadi seorang guru, tapi saya malah lulus dengan ijazah SMK, yang membawa saya menjalani kehidupan karir yang berbeda dari cita-cita saya.

Titik pertama "kegagalan". Saya gagal menjalani profesi impian yang saya inginkan. Belum selesai dengan urusan merasa gagal menjadi apa yang saya inginkan, saya malah dihadapkan atau tepatnya dipaksa untuk memasuki satu tahap kehidupan yang lebih berat yang bernama "pernikahan".

Apakah pernikahan membawa kebahagian untuk saya? Tentu saja tidak, terlebih saya bukan menikah atas dasar cinta- suka sama suka- melainkan menjalani pernikahan hasil dari proses perjodohan. Menikahi seseorang yang tidak ku kenal baik sebelumnya adalah permasalahan besar dalam hidup saya, di satu sisi saya belum siap menjalani peran sebagai istri (saya tidak siap dengan diri saya sendiri)

Titik kedua "kegagalan". Saya gagal menemukan pasangan hidup impian. Dua kegagalan ini terjadi di tahun yang sama. Membuat saya seperti kehilangan diri sendiri. Saya yang tadinya seorang gadis yang penuh dengan impian, mengisi hari dengan impian yang saya bangun, memenuhi dinding kamar dengan impian, sedikit demi sedikit berubah menjadi "orang lain" yang tidak saya kenal. Menjadi orang yang pesimis dengan kehidupan.

Setelah menjadi ibu, rasanya kegagalan malah semakin mencekik leher. Seperti ibu-ibu muda lainnya saya juga merasakan momen dimana ada begitu banyak kalimat "mom shaming" yang mematahkan semangat. Kalimat yang semakin memperburuk keadaan psikologis saya yang memang telah rapuh beberapa tahun ini. 

Titik ketiga "kegagalan. Saya gagal menjadi ibu yang baik. Saya pernah mengurung diri dalam kamar, menolak meng-ASIhi anak pertama saya. Alasannya karena saya merasa tidak cukup baik menjadi ibu, tidak cukup baik memberikan ASI untuknya karena beberapa orang mengatakan ASI saya sedikit sehingga badan anak saya kecil. 

Menjalani peran sebagai istri, ibu sekaligus sebagai ibu pekerja, semakin menggeser kewarasan yang saya miliki. Kewarasan yang setengah mati coba kupertahankan, di tengah gempuran omongan negatif orang lain tentang kehidupan yang saya jalani. Lalu lagi-lagi kutanyakan pertanyaan yang sama "Apa itu bahagia?"

Hidup Dipenuhi Energi Negatif

kesedihan
Sumber: canva.com

Saya merasa ada orang lain dalam diri saya. Orang ini selalu mengajak saya untuk memikirkan sisi negatif dari kehidupan yang saya jalani. Membawa saya kedalam jebakan pikirannya sehingga saya terbawa ke dalam ranah menyalahkan diri sendiri. "Kenapa saya dulu harus begitu?" "Kenapa saya harus menikah?" dan pertanyaan-pertanyaan negatif lainnya.

Akhirnya saya terjebak kedalam pusaran negatif tidak berujung. Pikiran negatif ini tentunya membawa energi negatif dalam kehidupan saya. Saya menjadi mudah kelelahan, menjadi sering marah dan mudah merasa stress. Perasaan stress yang mendera juga saya lampiaskan dengan semakin banyak makan, alhasil berat badan saya naik drastis. Saya juga menjadi takut untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain.

Pada akhirnya saya menjelma menjadi seorang istri yang menyebalkan, menjadi istri yang tidak bisa menjalankan peran dengan baik. Saya juga menjelma menjadi seorang ibu yang kurang bersyukur dengan anugerah yang kumiliki, dan tentunya semua itu membawa saya menjalani hidup tanpa semangat.
"Saya capek, pekerjaan rumah belum selesai saya sudah harus berangkat kerja. Belum lagi di tempat kerja saya harus terus menggendong Al Fatih. Rasanya saya ingin berhenti kerja. Pulang kerja saya kembali dipusingkan dengan rumah yang masih berantakan"

Mengenali Diri Sendiri dan Mulai Bangkit dari Kesedihan

Kesedihan yang kurasakan akibat dari semua rasa gagal yang kuciptakan sendiri dalam kepalaku membawa hidupku menjadi tak ter-arah. Membuat semua kebahagiaan seperti terhisap keluar karena otakku sendiri yang melakukan penolakan tersebut dengan pemikiran negatif yang menenuhinya.

Lalu ada saat dimana saya melihat kedalam diri anak-anakku, "Kasihan anakku kalau saya terus hidup seperti ini. Saya harus berubah". Saya mulai mencari tahu cara membuat hidup menjadi lebih baik. Saya mulai mengikuti kelas parenting, join di beberapa grub parenting, mengikuti kelas keluarga sakinah dan kelas pengembangan diri lainnya.

Mungkinkah saya mengalami depresi?

Selain itu saya kembali membuka buku dan mulai menyelami hobi lama saya yaitu membaca, membaca membawa saya ke banyak ilmu baru, dari kegiatan membaca inilah saya menemukan website Dear Senja, salah satu platform digital yang banyak mengedukasi tentang kesehatan mental. Begitu membaca blog Dear Senja saya menjadi tahu kalau perasaan yang saya rasakan menjurus ke perasaan depresi, yang jika lebih parah bisa mengarah ke tindakan bunuh diri, Naudzubillah.

Adapun beberapa ciri-ciri depresi yang sempat saya rasakan adalah:

  1. Selalu merasa bersalah, sedih, cemas, kosong, pesimis dan tidak berharga
  2. Mudah marah dan kesal
  3. Kehilangan minat terhadap hobi yang awalnya saya sukai, salah satunya adalah membaca
  4. Kesulitan konsentrasi, berpikir dan membuat keputusan
  5. Nafsu makan semakin meningkat yang akhirnya mempengaruhi berat badan
  6. Selalu merasa lelah dan tidak ber-energi
  7. Tidak ingin bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
Masih ada beberapa ciri-ciri depresi yang tidak saya tuliskan disini karena saya merasa tidak mengalaminya, untuk lebih mengetahui tentang depresi dan ciri-cirinya kita bisa langsung meluncur ke website Dear Senja. Beruntungnya saya karena tidak sampai pada tahap depresi yang mencoba untuk membunuh diri sendiri, Naudzubillah, Allah masih menyayangi saya dan keluarga saya.

ciri-ciri depresi

Memperbaiki diri dengan melakukan Self-Healing

Self-healing adalah proses penyembuhan luka batin dengan mengeluarkan perasaan maupun emosi yang terpendam di dalam tubuh. Adapun beberapa metode self healing yang saya lakukan berkaitan dengan menerapkan mindfulness dalam kehidupan saya adalah:

Berdamai dengan diri sendiri

Segala kesedihan yang saya alami adalah akumulasi dari perasaan yang menurut pemikiran dangkal saya adalah sebuah kegagalan. Berdamai dengan diri sendiri dapat melepaskan semua emosi dan pikiran negatif sehingga kita bisa menjadi lebih berempati terhadap semua kesalahan yang telah kita lakukan.

Salah satu cara saya untuk berdamai dengan diri sendiri adalah dengan menuliskan semua perasaan bersalah, perasaan takut dan semua perasaan yang saya rasakan, setelah menuliskan semua perasaan negatif yang saya rasakan, saya berusaha untuk menerima semua perasaan tersebut, dan memahaminya sebagai bagian dari perjalanan psikologis saya. Mencoba berdamai tanpa rasa bersalah dan tanpa penghakiman bahwa saya adalah manusia yang gagal.

Berterima kasih pada diri sendiri dan orang-orang yang mencintai kita

Setelah mengenali semua perasaan yang ada dalam diri saya, saya mulai menuliskan semua hal yang menjadi kesyukuran saya, mulai berterima kasih karena telah berhasil melalui segala hal yang terjadi dalam diri saya. Berterima kasih pada diri sendiri ternyata mampu mengalirkan energi yang sangat positif terhadap diri saya.

Selain berterima kasih pada diri sendiri, saya juga mulai mengungkapkan perasaan bersyukur saya karena memiliki orang-orang yang cintanya tidak pernah habis untuk saya. Untuk kedua orang tua dan mertua saya yang begitu sabar mendengarkan segala keluh kesah yang kukeluarkan, segala kerumetan rumah tangga yang ikut menyertakan mereka, untuk suamiku yang telah sabar menghadapi monster dalam diriku yang terkadang menantang kepemimpinannya, untuk anak-anakku yang begitu luas hati memaafkan segala ketidaksempurnaan umminya, bahkan untuk saudara dan iparku yang masih sedia membantu kala saya memanggil bantuan mereka, bahkan disaat saya mendiamkan mereka (tidak ingin bersosialisasi).

Di fase ini, kesyukuran saya bertambah besar sebesar semesta dan isinya, betapa beruntung saya memiliki orang-orang ini dalam kehidupan saya, dan mungkin karena doa-doa tulus dari merekalah akhirnya saya masih bertahan dan bisa mulai bangkit dari keterpurukan mental yang saya rasakan.

Menulis surat untuk diri sendiri

Langkah berikutnya yang saya lakukan adalah menulis surat untuk diri sendiri, surat yang berisi semangat positif, dan harapan positif saya untuk diri sendiri. Kegiatan ini ternyata memberikan dampak yang luar biasa, suasana hati saya menjadi jauh lebih baik, semangat dan kepercayaan diri saya semakin bertambah seiriring dengan kalimat positif yang kutuliskan.

Memulai hidup sehat

Selain itu saya mulai mengubah kebiasaan dan pola makan saya yang kacau saat mengalami keterpurukan tadi, saya mulai menerapkan defisit kalori, mulai membiasakan olahraga serta memperbaiki kualitas tidur saya. Alhasil dalam 6 bulan saya bisa menurunkan hingga 25 kg bobot tubuh saya dan merasa lebih bugar. Kebugaran ini ternyata juga memberikan efek yang positif terhadap kesehatan mental saya.

Memulai kegiatan journaling

Langkah terakhir saya dalam proses self-healing ini adalah mencoba memulai kegiatan journaling. Walaupun journaling yang saya lakukan masih semi-journaling, tetapi saya merasakan bahwa kehidupan saya mulai tertata dengan baik, saya juga bisa memantau semua perasaan yang saya rasakan.

Selh healing dengan mindfulness

Kesehatan Mental itu Penting

Dari keterpurukan kesehatan mental itu saya mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik, bahkan bisa jadi kesehatan fisik yang menurun juga adalah akibat dari kesehatan mental kita yang terganggu.

Saat saya merasakan kesedihan yang mendalam dan merasa menjadi orang yang gagal, saya seperti berada dalam tempurung kelapa, tidak bisa bersyukur dengan apa yang telah saya miliki, dan selalu membandingkan diri dengan orang lain, alhasil kehidupan dan kemampuan saya tidak berkembang.

Yuk aware dengan kesehatan mental kita! terlebih sekarang ini ada banyak sekali media dan platform yang bisa kita jadikan sebagai tempat untuk mendapat ilmu terkait kesehatan mental, seperti Dear Senja dan blog Dear Senja. Jika kita merasa membutuhkan bantuan dengan kondisi kesehatan mental yang kita alami, jangan ragu untuk menghubungi Dear Senja melalui kontak Whatsapp yang ada di pojok kanan websitenya atau bergabung dengan komunitas telegram atau instagram yang diasuh oleh Dear senja. Masyaa Allah.

Sumber: Dear Senja | Diedit menggunakan Canva

Penutup

Seperti layaknya kondisi kesehatan fisik kita, kesehatan mental juga harus kita perhatikan dengan baik, jangan biarkan diri kita terpuruk dengan kondisi mental yang sakit.

Jika kita mulai merasakan gejala dari mental ilness, jangan malu untuk segera berkonsultasi dengan orang yang tepat sehingga kita dapat segera mendapatkan penanganan terkait gangguan kesehatan mental yang kita alami dan akhirnya bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas dan bahagia.

Catatan Kaki

Tulisan ini saya buat untuk berbagi pengalaman dengan orang yang sama-sama berjuang dengan kesehatan mental mereka. Berharap mereka juga bisa menemukan kebahagiaan seperti yang telah saya temukan. Tulisan ini juga saya ikut sertakan dalam #DearSenjaBlogCompetition sebagai upaya positif dari komitemen baik Dear Senja dalam mengedukasi masyarakat terkait pentingnya kesehatan mental.


Referensi:

Dear Senja (2022). Depresi Adalah Gangguan Mental yang Harus Diwaspadai? Berikut Penjelasan dan Ciri-ciri Depresi. https://www.blog.dearsenja.com/mental-health/depresi-adalah-gangguan-mental-yang-harus-diwaspadai-berikut-penjelasan-dan-ciri-ciri-depresi/

Dear Senja (2022). Apa itu Self-Love dalam Psikologi? Ini Definisi, Contoh & Caranya. https://www.blog.dearsenja.com/mental-health/apa-itu-self-love-dalam-psikologi-ini-definisi-contoh-caranya/

Hellosehat (2022). Apa itu Self Healing dan Macamnya?. https://hellosehat.com/mental/self-healing/

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕