Kenangan Sepanjang Jalan

Tahun 2018 merupakan tahun yang sangat melelahkan untuk saya. Di awal tahun saya terpaksa untuk mengambil keputusan terberat saya sebagai ibu saat itu yaitu dengan menitipkan Al Fatih di Makassar. Al Fatih saat itu baru saja menginjak usia 9 bulan. Keputusan itu diambil karena saya ingin melanjutkan skripsi saya yang sempat tertunda.

Resikonya saya harus bolak balik Mamasa-Makassar setidaknya 2 sampai 3 kali tiap bulan. Perjalanan panjang itu kulakukan kurang lebih selama 4 bulan. Kalau suami bisa menemani saya, kami memutuskan akan naik motor bersama, kalau suami tidak bisa pilihannya yaitu dengan naik mobil penumpang.

Jangan tanyakan rasa lelahnya, kadangkala saya menangis jika saya tak mampu lagi menahan rindu ataupun rasa lelah yang kualami. Juga karena Merasa gagal sebagai ibu, karena harus menitipkan Al Fatih karena hal itu.

Sempat suatu hari di bulan Maret, kami mendengar kabar kalau Al Fatih tengah sakit di Makassar, karena panik kami yang saat mendengar kabar itu tanpa berpikiran panjang langsung melaju ke Makassar di jam 8 malam. Jam-jam yang sangat dingin untuk melewati rentetan pegunungan di Mamasa. Belum keluar kabupaten suamiku muntah dan sesak napas. Kuambil alih motor dan dengan sangat berhati-hati melewati tiap jurang dijalan dengan membonceng suami yang lemah di tengah malam gelap gulita. Tepat jam 1 malam, Ahamdulillah kami sampai di RSUD Polewali. Dan suami harus di bantu pernapasan.

Kenangan sepanjang jalan
Parepare

Qadarallah saat itu suami harus di opname karena penurunan leukosit yang dialami. Padahal kami saat itu tidak punya cukup pakaian untuk menginap. Saya sendiri untungnya membawa satu baju daster, kalau tidak maka mungkin saja saya tidak akan berganti pakaian.

Suami bahkan tidur tanpa bantal dan selimut di rumah sakit. Satu moment yang sampai saat itu kami jadikan pelajaran untuk tidak terlalu tergesa-gesa dalam membuat sebuah keputusan. Sampai d Makassar, setelah drama 2 hari 3 malam di RS, kami juga kena marah dari kedua keluarga.

"Kalau Fatih sakit di sini, banyak jaki bisa jagai. Nah itu kau sakit, kau nami si pa'dua di sana baku urus. Untung sampai jako di rumah sakit. Kalau di jalananko kenapa-kenapa bagaimanami?"

Kenangan sepanjang jalan
Barru


Itu kali pertama dan terakhir kami berangkat malam dalam perjalanan panjang Mamasa-Makassar. Perjalanan panjang kami selama 4 bulan itu berakhir saat di akhir bulan April saat kami hendak mau ke Makassar. Kami keserempet mobil di Pinrang, alhamdulillah kami tidak mendapatkan luka yang berarti, hanya lecet kecil di bagian kaki dan tangan. Padahal saat itu ternyata saya sedang hamil adiknya Al Fatih. Dan saya baru tau ketika sampai di Makassar, karena didesak oleh suami untuk testpack. "Kayaknya hamilki itu sayang" Katanya
"Masa' hamilka, seandainya hamilka keguguran meka kapang itu karena perjalanan Mamasa-Makassar plus jatuh keserempet lagi" jawabku kurang yakin. Dan akhirnya drama tentang testpack itu terulang kembali. Insyaa Allah mengenai kehamilan keduaku akan kuceritakan di postingan berikutnya. Kehamilan ini juga  yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan Mamasa-Makassar dengan motor. Dan Qadarallah tepat di tanggal 30 Mei 2018 motor kenangan yang setia membawa kami berpetualang harus dicuri orang.

Kenangan sepanjang jalan
Mamasa


Itulah moment terakhir kami selama perjalanan 4 bulan bolak balik Makassar Mamasa. Perjalanan 300 km, 8 jam yang melahkan sekaligus memberikan begitu banyak kenangan yang indah.

Masa-masa yang tak akan terulang
Januari-Mei 2018
Dzul~Fitrah~AlFatih

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕