Karena Kita Manusia yang Tidak Akan Pernah Menjadi Sempurna

Bismillahirrahmanirrahim

Karena Kita Manusia yang Tidak Akan Pernah Menjadi Sempurna

Dulu sekali saya adalah orang yang tidak bisa mendengar kritikan dari orang lain, saya adalah orang yang mau terlihat sempurna, menjadi anak yang baik untuk kedua orang tua saya, menjadi siswa yang terbaik, menjadi teman yang setia dan tentunya baik, dll. Tapi ternyata kemauan untuk menjadi yang terbaik itu sedikit demi sedikit menggerogoti jiwa dan mental saya sehingga saya menjadi sangat kelelahan, lalu berakhir dengan rasa bersalah yang luar biasa karena merasa "gagal" menjadi manusia terbaik. 

Karena ingin terlihat "baik" itu pula saya cenderung tidak bisa mengeluarkan isi hati saya ke orang--bahkan ke orang terdekat sekalipun, bahkan cenderung menjadi "people pleaser" karena itu tadi--tidak ingin dicap sebagai orang yang tidak baik. 

Lalu apa dampaknya? Ketika bersendirian saya menjadi "overthinking" akan segala sesuatu. Merasakan sesuatu yang semestinya tidak mesti dipikirkan "Bagaiamana jika nanti orang akan begini?" "Bagaimana kalau saya menjadi begini?" dan pertanyaan-pertanyaan tidak penting lainnya. Dengan keadaan psikologis yang sedang "sakit" itu juga membawa dampak ke kondisi fisik saya yang juga menurun.

Sedikit cerita tahun 2011-2012 yang lalu saya adalah seorang mahasiswa baru di salah satu universitas negeri di Makassar, selain berkuliah saya juga bekerja di apotek saat sore hingga malam hari, tak hanya itu saya juga disibukkan dengan kegiatan organisasi yang memberikan saya amanah sebagai ketua bidang. Dengan banyak peran yang saya jalani saat itu--menjadi anak di rumah, menjadi mahasiswi di kampus, menjadi karyawan di apotek, dan menjadi seorang aktivis, saya sangat ingin menjalani semua peran itu dengan baik tanpa cacat alias ingin menjadi sempurna.

Tapi apa yang terjadi? Saya malah sangat jauh dari kata "sempurna"--saya tidak memberikan hak yang baik kepada semua peran yang sedang saya jalani, saya kelelahan baik secara psikologis maupun fisik, alhasil saya malah keteteran di semua lini yang tadi saya sebutkan, saya terjatuh. 

Akhirnya saya mulai menarik dari dari semua hal yang tadinya saya kerjakan, saya keluar dari organisasi, berhenti bekerja dan menjadi sakit-sakitan. Di fase itu saya menjadi sering menangis sendiri di dalam kamar, meratapi nasib dan meratapi diri "Ahh ... betapa tidak bergunanya saya!"

Karena Saya Manusia

Lalu ada sebuah titik dimana saya akhirnya menyadari bahwa saya adalah seorang manusia, yang memang diciptakan dengan semua ketidaksemurnaan saya, dengan semua khilaf dan kesalahan yang mungkin saya lakukan. 

Tidak masalah menjadi salah, khilaf dan merasa tidak sempurna pun menjadi tidak berguna sesekali, tidak masalah. Karena saya adalah manusia--sekali lagi saya adalah MANUSIA. Saya berhak untuk bertumbuh dan berkembang, tidak ada satu manusia pun yang diciptakan tanpa melakukan kesalahan.

Nabi Adam 'alahi salam sendiri yang merupakan manusia yang mulia, yang dicipkatan langsung oleh Allah Sang Pencipta, pernah melakukan kesalahan yang akhirnya membawa Ia turun ke bumi. Sekelas Nabi Adam 'alahi salam saja berbuat kesalahan apatah lagi saya yang hanya seperti buih di lautan manusia.

Memaafkan diri dan berdamai dengan perasaan "ingin menjadi sempurna"

Karena kita manusia, maka berdamailah dengan keadaan, singkirkan pikiran "menjadi sempurna", sebab "sempurna" sampai kapanpun tidak akan pernah bisa kita raih, kita akan selalu punya celah dimana-mana. Mungkin di peran tertentu kita mampu untuk terlihat "sempurna" tatapi yakinlah bahwa kita pasti akan tertatih-tatih untuk melakukan peran yang lain.

Seperti sekarang dengan berbagai peran yang sedang saya jalani--menjadi anak, menantu, kakak, adek, istri, ibu dan guru. Saya akui saya tidak akan pernah menjadi "sempurna" disemua peran tersebut, akan ada celah dimana saya bisa dicerca dengan segala macam ketidak sempurnaan saya sebagai manusia. 

"Menjadi ibu itu harus begini!" "Mestinya kamu begini!"

Dan perkataan-perkataan lain yang dulunya mungkin akan sangat menyakiti hati saya kini saya anggap sebagai angin lalu, karena saya tahu akan kemampuan saya, dan saya tahu kapasitas diri saya. Maka ketika semua perkataan sinis itu datang saya hanya bisa menjawab dengan santai sambil memberikan senyum termanis "Karena saya memang manusia".

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Komentar kalian sangat berarti untuk saya dan blog ini 💕